Anak Desa Ujung Jalan Tak Beraspal Sungai Abu, Fauzi Wirman Pengusaha dan Pemilik SPBU Cukup Jadi Wabup

Arosuka, bidikkasusnews.com – Pengusaha muda milenial sukses teman sejawat Sandiaga Uno asal Kabupaten Solok, Fauzi Wirman, membuat pernyataan mengejutkan. Putra asli Nagari Sungai Abu, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, Sumbar, menyebutkan dirinya siap menjadi Wakil Bupati Solok 2021.

Menurut Fauzi, pilihan menjadi orang nomor dua, didasarkan keinginannya untuk fokus bekerja untuk masyarakat Kabupaten Solok. Pilihan tidak menjadi orang nomor satu, menurutnya karena dirinya ingin selalu belajar. "Saya memilih untuk Wabup. Hal itu didasarkan pada perenungan dan pertimbangan panjang. Saya ingin fokus bekerja. Saya juga ingin membuktikan bahwa posisi Wabup bukan ban serap bagi bupati. Bahkan, saya bisa menegaskan siap dua periode jadi wakil bupati," ungkapnya dalam bincangnya dengan wartawan.

Selain itu katanya, pemimpin yang berbudi luhur akan senantiasa mengatur dirinya, senantiasa memenuhi kewajiban yang diamanahkan kepada nya. Tak gentar menghadapi berbagai halangan dan kesukaran. Sebab, Pemimpin yang berbudi luhur akan menggembleng dirinya demi mempercepat kematangan jiwanya. "Seorang pemimpin itu haruslah mampu bertindak jujur, sesuaikan kata dengan perbuatan," pungkas FW inisial Fauzi.
Diusianya yang masih muda relatif sukses menjadi pengusaha di bidang farmasi. Sebagai anak desa dari ujung jalan tak beraspal di Sungai Abu, Kecamatan Hiliran Gumanti, Kabupaten Solok, FW adalah pekerja keras dan ulet. Kain sarung dan sajadah, menjadi kenangan yang tak pernah terlupakan baginya saat memulai petualangan di Ibukota Jakarta tempo dulu.

Terlahir dari pasangan Adwir Said dan Jasminar, Fauzi Wirman memilih jalur hidup yang ekstrim. Kondisi daerah yang terpencil dan tertinggal, membuatnya berfikir ekstra keras untuk mengubah nasib. Keputusan penting tentang hidupnya dilakukan saat menamatkan SMA di Lembah Gumanti, hingga memutuskan pergi merantau.

Saat keputusan merantau diambil, Fauzi dihadapkan pada masalah klasik. Yakni masalah dana. Namun, tekad kuatnya mengalahkan segala keterbatasan. Berbekal uang seadanya yang sejatinya hanya cukup untuk ongkos, Fauzi berangkat ke Jakarta dengan bus. Satu hal yang paling diingatnya, adalah saat itu, Fauzi membawa satu kain sarung dan satu sajadah. Kain sarung dan sajadah tersebut selain untuk shalat, juga sebagai penahan dingin di perjalanan ke ibukota.

Sesampai di Jakarta, Fauzi sempat kebingungan, karena tidak tahu apa yang akan dikerjakan. Untuk bertahan hidup, Fauzi tanpa malu, menjadi penjual koran di lampu merah di pagi hingga menjelang siang. Saat siang, dirinya menjual air mineral di tempat yang sama. Tinggal menumpang di rumah penjual lontong, Fauzi beberapa waktu kemudian ikut membantu berjualan lontong. Hal ini, dilakukannya hampir selama dua tahun.

Peruntungannya berubah saat memiliki ide untuk berjual obat-obatan di Kawasan Jalan Pramuka, Jakarta. Tidak memiliki modal, Fauzi menyiasatinya dengan cerdas. Fauzi memajang kardus-kardus obat yang sudah kosong. Saat ada pembeli, Fauzi langsung mencarikan ke tempat pedagang obat lain. Berkat hubungan baik dengan para penjual obat dan kokoh menjaga kepercayaan pelanggan, lambat laun mulai memiliki modal. Singkat cerita, hidupnya berubah hingga menjadi pebisnis obat dan alat-alat kesehatan yang memiliki gudang dengan omset miliaran rupiah.

Setelah sukses sebagai pengusaha di bidang obat-obatan dan peralatan kedokteran, FW tidak melupakan kampung halamanya. Melalui organisasi perantau Sariak Sungai Abu Sepakat (Pessas) yang diketuainya, FW melakukan pembinaan dan menyisihkan uangnya membantu masyarakat Sungai Abu dan sekitarnya.

Pemberdayaan dan pembinaan yang dilakukannya membuatnya mulai memikirkan untuk kemajuan daerah yang lebih luas. Fauzi mulai berfikir bagaimana memaksimalkan potensi yang dimiliki kawasan Kabupaten Solok di bagian selatan. Seperti komoditas sayur-mayur, palawija dan hasil pertanian. Ia juga bercita-cita memaksimalkan potensi keindahan Kabupaten Solok secara luas dengan pembangunan bidang kepariwisataan.

Menatap percaturan politik, bahwa politik sebagai sarana untuk membuat kehidupan masyarakat banyak lebih baik. Menurutnya, setiap kebijakan politis akan berefek langsung ke masyarakat. Sehingga, efek yang lebih luas bisa ditebar ke masyarakat dengan mengambil posisi operasional di eksekutif. "Misalnya, tomat yang terbuang saat harga murah. Padahal seharusnya bisa menjadi peluang jika dijadikan barang jadi atau barang setengah jadi. Demikian juga dengan bawang, kentang, cabe dan komoditas lainnya. Sebagai sentra pertanian, Kabupaten Solok memiliki potensi luar biasa. Belum lagi di bidang pariwisata, keindahan Kabupaten Solok belum dipoles saja sudah ramai, apalagi kalau sudah dipoles. Intinya, tergantung komitmen dan perencanaan. Selama ini, ada perlambatan di Kabupaten Solok. Misalnya, untuk APBD, kita berkutat selama dua tahun di perencanaan. Ini harus dilakukan akselerasi," ujarnya.

Terkait tim sukses atau tim pemenangan, Fauzi memgungkapkan dirinya punya trik-trik jitu, sehingga tim tim sukses tidak lagi berorientasi proyek. Salah satunya, dengan mengarahkan tim untuk menerapkan pola-pola kerja. "Tim sukses, setelah Pilkada selesai, harus tetap menjadi bagian penting menyukseskan kerja kepala daerah. Yakni dengan cara menerapkan pola-pola kerja dalam pembangunan daerah. Bukan lagi orientasinya proyek, tapi tetap bekerja agar hasilnya maksimal," ungkapnya.

Meski mengakui bukan orang politik dan tidak berada di birokrasi, pengusaha muda yang berdomisili di Jakarta Timur tersebut sejak lama sudah dikenal masyarakat Kabupaten Solok. Pasalnya, sebelumnya, dirinya dikenal sebagai salah satu tim sukses pasangan Syamsu Rahim-Desra Ediwan pada Pilkada Kabupaten Solok 2010 dan pasangan Desra Ediwan-Bachtul pada Pilbup Solok 2015. "Saya orang pekerja, bukan orang politik. Sehingga, posisi Wabup saya rasa paling pas. Karena, saya ingin bekerja untuk masyarakat Kabupaten Solok. Motivasi saya hanya untuk bekerja," ungkapnya.

Fauzi menyebutkan, dirinya akan fokus membenahi sektor pariwisata, pertanian dan ekonomi kerakyatan, jika diamanahkan menjadi Wakil Bupati Solok. Menurut pemilik SPBU di Alahan Panjang dan sejumlah perkebunan di Sungai Abu tersebut, Kabupaten Solok merupakan daerah yang kaya potensi. Namun, saat ini belum terkelola dengan baik. "Saya pergi merantau ke ibukota dengan tanpa modal. Dari pengalaman yang memulai hidup dari bawah, saya banyak mndapatkan pelajaran. Bahwa hanya dengan bekerja keras lah, perubahan dan perbaikan hidup bisa didapatkan. Masyarakat Kabupaten Solok haus dengan pembangunan. Yang terpenting adalah, bagaimana menggerakkan masyarakat," ungkapnya.

Terkait calon Bupati yang akan didampingi, Fauzi menuturkan bahwa hingga saat ini dirinya sudah menjalin komunikasi dan kesepahaman dengan sejumlah kandidat. "Pada waktunya nanti, akan kita umumkan. Kita harapkan komunikasi dan kesepahaman bisa kita dapatkan secepatnya," ujarnya mengakhiri. (charlie)

Artikel Terkait

Berita|Sumbar|
View Comments

Komentar

Info Menarik Lainnya

 


 

VIDEO

Video|0

BIDIKKASUSNEWS.COM

Thanks To : PT MEDIA BIDIK KASUS GROUP | |

Like Fans Page Kami