Bukan kali pertama Guru di bunuh oleh siswanya, Pembunuhan sadis yang menimpa dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) Nur'ain Lubis (63) yang terjadi Senin 2 Mei 2016 kemarin. (liputan6.com) kejadian di sampang jawa timur tewasnya guru kesenian oleh siswanya 2 februari 2018. di lain kisah para Ustad juga di bunuh. kejadian selanjutnya TEWASNYA PARA GURU.
Sebagai sesama Guru kita HATURKAN "TURUT BERDUKA CITA ATAS BERPULANGNYA, SEMOGA DI TEMPATKAN DITEMPAT TERINDAH, DAN KELUARGA YANG DITINGGAL DI BERIKESABARAN, SEMOGA ALLAH MEMBALAS SEGALA KEBAIKAN GURU KITA DENGAN SEBAIK BAIK BALASAN.
DAN ATAS NAMA GURU KITA MENGUTUK KERAS, ATAS KELAKUAN BIADAB INI. SEMOGA PELAKUNYA DI HUKUM DENGAN HUKUMAN YANG SETIMPAL."
Dari rangkaian kejadian ini, sesungguhnya kita harus introfeksi lebih dalam, ibarat sebuah penyakit perlu kita diagnosis terhadap persoalan ini, agar kejadian serupa tidak terjadi lagi di negara kita. dimana letak persoalannya, apa penyebab sehingga guru semakin di incar nyawanya.
Secara defenisi guru adalah Guru (bahasa Sanskerta: गुरू yang berarti guru, tetapi arti secara harfiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Sedang dalam Undang-undang No. 15 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.” Dengan demikian dapat dikatakan guru merupakan pekerja profesional dalam bidang mengajar, yang berciri memiliki kewajiban dan tanggung jawab kepada atasannya secara adminsitrasi. Serta tentunya juga bertanggung jawab kepada masyarakat luas (terutama wali murid) secara moral.
Dari defenisi ini kita bisa ambil kesimpulan sementara guru adalah orang yang mendidik, mengajar, melatih, membimbing untuk mengubah tingkah laku dari seorang peserta didik, dengan kata lain guru menjadi motor utama penanaman nilai nilai moral dan keimanan pada setiap peserta didik. lantas kenapa kejadian pembunuhan guru semakin sering terjadi?
patut kita pertanyakan. apakah sistem pendidikan kita yang tidak lagi bersahabat sehingga menyebabkan para peserta didik prustasi atau stress. atau kah karena sistem pendidikan kita tidak lagi ramah pada siswa dan guru sehingga cenderung guru hanya mengejar target LULUS dengan nilai memuaskan. moral atau akhlak menjadi di kesampingkan?
kita sesungguhnya menyadari dalam realita kehidupan seorang anak yang memiliki sopan santun dan etika lebih sukses dalam kehidupannya. ketimbang seorang siswa yang punya IQ tinggi namun memiliki EQ, SQ rendah. penyebabnya sederhana kehidupan kita bukan saja berpatokan pada kualitas IQ saja. EQ, SQ justeru lebih cenderung membawa kesuksesan dalam realita kehidupan manusia.
Keimanan dalam bahasa agama adalah mesin utama dalam menumbuhkan mental spritual manusia itu sendiri. mental korup, mental cengengesnan, mental manifulatif lahir dan tumbuh dari kekosongan nilai nilai spritual dalam diri setiap manusia. tega membunuh orang tua. akibat keimanan kosong, tega membunuhu guru akibat keimanan yang hampa. tega memakan harta yang bukan haknya (korupsi) karena nilai keimanan yang hambar. maka sesungguhnya motor kehidupan manusia adalah keimanan itu sendiri.
apa pun agamanya akan menanamkan keimanan dalam diri setiap keyakinannya. agama akan mengajarkan nilai nilai yang tidak di dapatkan dalam sains, seni, disinilah kelemahan sistem pendidikan kita. jika kita lihat semenjak pendidikan kita lahir. terlebih semenjak lahirnya sistem pendidikan nasional. lahirnya undang undang guru dan dosen.
lihatlah STANDAR KELULUSAN KITA hanya mengaju pada BAHASA. IPA, MTK. di setiap jenjang pendidikan kita. pendidikan kita tidak lagi berbicara MORAL, AGAMA, lihat proporsi pembagian Jam di sekolah. Agama. 3 jam. moral (pkn) 3 jam perminggu. bandingkan dengan MTK 5 jam. Bahasa 6 jam. IPA 5 jam. hasilnya siswa akan menjadi materialistik.
alhasil pendidikan hanya menghasilkan ahli bahasa penipu. menghasilkan para penipu ekonomi. penipu teknologi. MORAL menjadi nomor ke seratus dari target pendidikan kita. maka karamlah kapal, biduk berlari. tinggallah si budi dalam duka nestapa.
Selamat jalan guru. semoga engkau tenang di alam sana
TAUFIK AKBAR HASIBUAN
(PRAKTISI PENDIDIKAN)
Komentar