Ritual Cheng Beng Masyarakat Rupat


Rupat, bidikkasusnews.com - Bagi masyarakat Rupat ,yang sebagian besarnya beragama Budha Cheng Beng adalah acara ritual  tahunan yang wajib di lakukan.Dalam acara ritual ini semua pihak keluarga yang jauh dari kampung kelahiran pun pulang ke kampung masing masing untuk tradisi sembahyang kuburan leluhur.Tidak hanya itu acara ritual tahunan ini merupakan keharusan bagi setiap umat Buddha selain tahun baru Imlek.

Ini nampak jelas dari pantauan pihak media yang nampak kesibukan dari semua warga keturunan,dan pribumi asli suku Akit Rupat berbondong bondong untuk membersihkan kuburan tempat dimana keluarga mereka di kuburkan dan membawa sesajen dan dupa untuk di persembahkan di altar tempat peristirahatan abadi keluarga masing masing.

Menurut pengakuan tokoh adat masyarakat Tionghoa yang di jumpai pihak media beliau mengatakan acara ini Cheng Beng ini berlaku selama 20 hari.Dan pada hari terakhir atau puncak acara tersebut dengan melakukan ritual sesajen di rumah keluarga besar dan menurut beliau lagi yang bisa di bersihkan kuburannya adalah setelah setahun meninggal,tapi sebelum setahun itu belum bisa di sembahyangkan. " Tapi memang udah 2 tahun belakangan ini keluarga yang jauh hanya bisa kirimkan dana saja untuk membelikan perlengkapan sembahyang karena sulitnya untuk mendapatkan ijin akibat pandemi ini.Biasanya kita pihak keluarga yang dikampung dan yang merantau kita konfirmasi dulu hari bulan apa dan tanggal berapa kita mau sembahyang Cheng Beng, beberapa hari sebelum kegiatan mereka baru datang dan pulang ketika sudah sembahyang abu leluhur keluarga dirumah. " Ungkap beliau .

Salah seorang masyarakat yang sedang sembahyang  kuburan juga mengungkapkan bahwa tahun ini bisa melakukan perbaikan tambak kuburan,karena bertepatan bulannya pas dua belas bulan. " Tahun kemarin bulannya lon,atau ada satu bulan diulangi menjadi dua kali sehingga  dalam kalender penghitungan terjadi 13 bulan,biasanya di bulan seperti ini kita pihak keluarga tak bisa bikin tambak ataupun menimbun,hanya bisa membersihkan saja karena menurut adat kita itu pantang." Ujar beliau sambil sibuk membakar replika sepatu,berlian,kalung emas,uang malaikat,baju celana, mobil mobilan,hp yang kesemuanya di buat dari kertas.Menurut beliau sebagaimana kita hidup di bumi demikian juga mereka yang hidup di alam sana.Dengan mencukupi kebutuhan mereka di dunia lain. " Kita berharap dengan kita cukupi kebutuhan mereka bisa menyenangkan mereka, sehingga kita mendapat balasannya dari pada dewa: umur, kesehatan,usaha dan jodoh bisa di pertemukan dan di gandakan" ujar beliau lagi.

Salah satu warga yang pulang kampung dari perantauan juga berkomentar bahwa acara ini tidak hanya masyarakat Tionghoa saja tapi juga masyarakat asli Rupat suku Akit.Kalau masyarakat Cina pakai lidi hio sembahyang masyarakat pribumi pakai kemenyan,dan melakukannya beda cara dengan masyarakat Tionghoa cuma pada haru yang sama.Menurut beliau lagi dalam keluarganya yang serba serbi Bhineka Tunggal Ika dengan berbagai agama dan kepercayaan itu tidak menjadi masalah. "Acara Cheng Beng tahun ini pak , jatuhnya pas berdekatan dengan Paskah.Saya agama Kristen dan Adik saya ada agama Islam, sementara keluarga besar agamanya Budha dan mamak saya suku asli Rupat yang agama orang tuanya dulu kepercayaan.Itu tidak masalah buat kami.Justru itulah yang memperkuat keakraban keluarga kami.Adik ipar saya sering mengingatkan acara acara ini dan memberikan berupa sumbangan dana,dan saya sebagai anak yang tertualah yang ikut turut bersama keluarga besar untuk melaksanakan acara ini, walaupun begitu saya tetap dengan ajaran agama dan kepercayaan saya,karena apapun agamanya menghormati orang tua itu adalah suatu pengabdian dan sesuai ajaran setiap pemeluk agama." Ujar beliau menutup ceritanya.

(Jonggi Siahaan )

Artikel Terkait

Berita|Riau|
View Comments

Komentar

Info Menarik Lainnya

 


 

VIDEO

Video|0

BIDIKKASUSNEWS.COM

Thanks To : PT MEDIA BIDIK KASUS GROUP | |

Like Fans Page Kami