Pemulihan Ekonomi di Sumut Terus Berlanjut dan Tumbuh


Medan, bidikkasusnews. Com - Bank Indonesia (BI) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2023 menjadi 2,3% (yoy) dari prakiraan sebelumnya sebesar 2,6% (yoy).

Hal ini disebabkan fragmentasi politik dan ekonomi yang belum usai serta pengetatan kebijakan moneter yang agresif di negara maju.

Koreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi yang cukup besar disertai meningkatnya risiko potensi resesi terjadi di AS dan Eropa.

Penghapusan Zero Covid Policy di Tiongkok diprakirakan akan menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Ketidakpastian pasar keuangan global juga mulai mereda sehingga tekanan pelemahan nilai tukar negara berkembang juga berkurang.

Hal ini diungkapkan Kepala Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (KPwBI) Sumatera Utara Doddy Zulverdi kepada wartawan, Rabu (25/1/23) di Medan.

Didampingi Deputi Kepala BI Sumut Azka Subhan Aminuridho, Ibrahim dan Deputi Direktur BI Sumut, Poltak Sitanggang, Doddy Zulverdi menjelaskan tekanan inflasi global mulai berkurang sehingga pengetatan kebijakan moneter mendekati titik puncaknya.

Tekanan inflasi global terindikasi mulai berkurang sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi global meskipun tetap dilevel tinggi seiring dengan masih tingginya harga energi dan komoditas, berlanjutnya gangguan rantai pasokan dan masih ketatnya pasar tenaga kerja terutama di AS dan Eropa.

Sejalan dengan perkembangan tersebut pengetatan kebijakan negara maju mendekati titik puncaknya dengan suku bunga diprakirakan masih tetap tingggi sepanjang 2023.

“Sejalan dengan pemulihan ekonomi nasional, kinerja ekonomi di Sumatera Utara juga tetap tumbuh dan berlanjut. Hal ini tercermin dari beberapa indikator ekonomi seperti peningkatan Indeks Penjualan Riil yang mengindikasikan tetap kuatnya aktivitas perdagangan dan dunia usaha. Mobilitas juga tetap tinggi yang tercermin dari perkembangan penumpang angkutan udara yang terus meningkat,” jelas Doddy.

Menurutnya, survei kegiatan dunia usaha juga menunjukkan peningkatan, terutama pada
beberapa LU utama seperti Industri Pengolahan, Perdagangan dan Transportasi.

Di sisi lain, kinerja ekspor diprakirakan sedikit tertahan sejalan dengan termoderasinya harga komoditas utama dan kecenderungan turunnya permintaan akibat resesi di negara tujuan ekspor.

Hasil liaison Bank Indonesia mengkonfirmasi adanya penurunan permintaan ekspor dan domestik dibandingkan tahun sebelumnya, akibat kenaikan biaya bahan baku dan energi.

Sementara itu untuk perkembangan inflasi berdasarkan catatan dari BI Sumut secara tahunan, inflasi gabungan Sumut pada Desember 2022 mencapai 6,12% (yoy), lebih tinggi dibandingkan Nasional (5,51%, yoy) & sedikit lebih rendah dibandingkan Sumatera (6,14%, yoy).

“Adapun inflasi ini masih didorong oleh peningkatan harga bahan pangan. Antara lain tomat, cabai merah, ikan dencis, daging ayam ras, dan telur ayam ras,” pungkasnya. 
(Ariansyah Lubis) 

Artikel Terkait

Berita|Medan|
View Comments

Komentar

Info Menarik Lainnya

 


 

VIDEO

Video|0

BIDIKKASUSNEWS.COM

Thanks To : PT MEDIA BIDIK KASUS GROUP | |

Like Fans Page Kami