Kenaikan Harga BBM, BI Prediksi Inflasi di Sumut Lebih Tinggi


Medan, bidikkasusnews.com - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah (KPw BI) Provinsi Sumut, Doddy Zulverdi mengatakan, pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), inflasi di Sumatera Utara pada September 2022, diprediksi akan naik lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

“Selain kenaikan harga BBM, kenaikan harga pupuk dan pakan ternak serta tingginya harga gabah diprakirakan menjadi faktor pendorong pembentuk inflasi Sumatera Utara periode September 2022,” kata Doddy pada Bincang Bareng Media (BBM) yang digelar hybrid, Selasa (6/9/2022).

Didampingi Deputi Kepala KPw BI Sumut, Ibrahim dan Azka Subhan Aminurridho, Doddy menyebutkan, pada Agustus 2022 tekanan inflasi ini lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencatatkan angka 5,62% (yoy). Namun masih berada diatas rentang target inflasi nasional 3±1%.

Disebutkan Doddy, komoditas cabai merah dan angkutan udara masih menjadi faktor utama penyumbang terbentuknya inflasi tahunan di Sumut pada Agustus 2022.

Berdasarkan disagregasinya, inflasi tahunan periode berjalan didorong seluruh komponen inflasi, khususnya pada Volatile Food yang mencatatkan andil inflasi tertinggi sebesar 2,32% (yoy).

Sementara untuk komponen Core Inflation dan Administered Prices mencatatkan andil masing-masing sebesar 2,09% (yoy) dan 1,08% (yoy).

Doddy menyebutkan, laju inflasi lebih tinggi dapat tertahan berlanjutnya panen raya bawang merah dan aneka cabai, koordinasi TPIP dan TPID dalam Gernas PIP, serta optimalisasi anggaran BTT untuk pengendalian inflasi di daerah.

Di sisi lain sebut Doddy Zulverdi, laju inflasi lebih tinggi dapat tertahan oleh berlanjutnya panen raya bawang merah dan aneka cabai.

Kemudian koordinasi TPIP dan TPID dalam Gernas PIP, serta optimalisasi anggaran Belanja Tak Terduga (BTT) untuk pengendalian inflasi di daerah sebagai dampak spillover eksternal dan domestik.

Doddy juga memaparkan, di tengah percepatan pemulihan ekonomi dan normalisasi permintaan masyarakat, inflasi Sumut pada 2022 diprakirakan lebih tinggi dari 2021 serta berpotensi berada di atas batas sasaran inflasi nasional 3%±1%.

“Namun demikian, terdapat faktor-faktor pendorong dan penahan inflasi yang dapat dicermati dan diantisipasi sebagai langkah pengendalian inflasi,” katanya

Langkah penahan inflasi di Sumut ini, katanya pertama dari sisi Produksi, Distribusi dan Konsumsi.

Dari sisi produksi, diperlukan koordinasi program pengendalian inflasi TPID Sumut untuk menjaga ketersediaan pasokan dan urban farming.

Optimalisasi penggunaan pupuk organik, serta implementasi digital & integrated farming dan perbaikan pola tanam dan pemetaan siklus tanam terutama di daerah produsen pangan serta optimalisasi peran BUMDes sebagai offtaker produk dari petani.

Sedangkan dari sisi Distribusi lakukan optimalisasi penggunaan APBD (BTT) untuk subsidi transportasi.

Penguatan pengawasan bersama Satgas Pangan untuk menjaga kelancaran distribusi dan ketiga, optimalisasi peran BUMD sebagai penyalur komoditas pangan strategis.

Sementara sisi Konsumsi yakni optimalisasi anggaran APBD (BTT) untuk perluasan operasi pasar, pasar murah, dan sidak pasar.

Peningkatan intensitas komunikasi kepada masyarakat untuk menjaga ekspektasi inflasi dan perluasan sosialisasi mendorong pola konsumsi produk olahan pangan.

Khusus Bank Indonesia Provinsi Sumut sendiri bersama TPID Provinsi Sumut telah menyelenggarakan Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) Sumut pada 31 Agustus 2022.

GNPIP ini diharapkan dapat mengoptimalkan upaya dan aksi nyata dalam stabilisasi harga pangan dan dapat mendorong produktivitas guna meningkatkan ketahanan pangan,yang lebih terintegrasi serta berdampak nasional berlandaskan pada kerangka 4K, sehingga mendukung daya beli masyarakat dan pemulihan ekonomi nasional.

(Ariansyah Lubis)

Artikel Terkait

Berita|Medan|
View Comments

Komentar

Info Menarik Lainnya

 


 

VIDEO

Video|0

BIDIKKASUSNEWS.COM

Thanks To : PT MEDIA BIDIK KASUS GROUP | |

Like Fans Page Kami